Kesepakatan Dagang AS - China Diteken, Rupiah Bakal Menguat
Wednesday, January 15, 2020       09:14 WIB

Ipotnews - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat bergerak melemah di perdagangan pasar spot pagi ini. Faktor domestik dan eksternal menjadi beban bagi rupiah.
Pada perdagangan hari Rabu (15/1), kurs rupiah berada pada level Rp13.670 saat pembukaan pasar spot. Kurs rupiah melemah 0,04% dibandingkan posisi penutupan dalam perdagangan yang terakhir kemarin.
Pantauan Ipotnews melalui RTI, pukul 08.43 WIB, kurs rupiah kini berada pada level Rp13.695 per dolar AS. Posisi ini melemah 25 poin atau 18% dibandingkan penutan perdagangan yang terakhir kemarin.
Walau pagi ini melemah, namun pergerakan rupiah pada hari ini diprediksi tetap akan dalam tren menguat. Menurut Direktur PT Garuda Berjangka, Ibrahim Assuaibi, kurs rupiah kemungkinan masih akan menguat di level Rp13.650 - Rp13.710 per dolar AS.
"Aura damai dagang AS - China yang kian terasa menjadi faktor yang memantik optimisme pasar. China dan AS bersiap untuk menandatangani gencatan senjata dalam perselisihan tarif selama 18 bulan pada hari ini, 15 Januari 2020," kata Ibrahim dalam keterangan tertulis, Rabu (15/1).
Sejauh ini, Perwakilan Dagang dari pihak AS, Robert Lighthizer, mengatakan bahwa terjemahan bahasa Mandarin dari draft perjanjian itu hampir selesai dan akan dipublikasikan pada hari Rabu (15/1). Pada saat yang sama, Menteri Keuangan AS, Steven Mnuchin, mengatakan kepada Fox News pada akhir pekan lalu bahwa Beijing telah berjanji untuk membeli produk pertanian AS senilai $40 miliar hingga $50 miliar setiap tahun dan total $ 200 miliar barang AS selama dua tahun ke depan.
"Sementara itu, hanya dua hari sebelum penandatanganan kesepakatan, AS mencabut tuduhannya terhadap China sebagai manipulator mata uang. Manuver AS mengurangi ketegangan antara kedua negara," jelas Ibrahim.
Selain itu, menurut Ibrahim, Neraca perdagangan Indonesia pada Desember 2019 diperkirakan kembali membukukan defisit. Namun sepertinya defisit neraca perdagangan tidak akan separah bulan sebelumnya. Ini menjadi sentimen positif bagi rupiah.
Hari ini, Rabu (15/1), Badan Pusat Statistik (BPS) juga dijadwalkan mengumumkan data perdagangan internasional Indonesia periode Desember 2019. Konsensus pasar yang dihimpun para analis memperkirakan ekspor masih akan mengalami kontraksi (tumbuh negatif) 1,9% secara year-on-year (YoY). Sementara impor juga terkontraksi 4,4% YoY dan neraca perdagangan defisit US$456,5 juta.
"Kalau memang neraca perdagangan sesuai dengan ekspektasi yang ada, maka mata uang garuda akan kembali menguat dalam perdagangan hari ini," tutup Ibrahim.
(Adhitya)

Sumber : admin